Tren Digital 2024: Konten Sintetis & AI Generatif (Jadi Konten Creator? Gampang Banget!)

***Kami akan membahas tren digital 2024 dalam kaitan dengan konten sintesis dan perkembangan AI generatif.***

tren digital 2024
sumber: freepik.com

Konten sintetis adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan video, gambar, teks dan suara yang dihasilkan menggunakan algoritma kecerdasan buatan. Baik sebagian maupun seluruhnya. Dalam hal ini, konten sintetis konsepnya sama dengan media sintetis dan data sintetis.

Secara sederhana, proses pembuatan konten sintetis dilakukan dengan memanfaatkan machine learning yang mengenali dan menganalisis pola data input lalu belajar untuk melakukan tugas berdasarkan data input tanpa intervensi manusia.

Antara Konten Sintetis dan Non-sintetis

Jika konten sintetis adalah hasil komputer (sebagian maupun seluruhnya) maka non sintetis diproduksi oleh input manusia. Surat kabar adalah konten non sintetis yang mudah dikenali sebagai salah satu contoh. Sementara itu, contoh konten sintetis adalah wajahmu yang ditambahkan telinga kelinci untuk lucu-lucu-an di media sosial. 

Permasalahan baru akan muncul jika kita merujuk keduanya di media digital. Ketika AI semakin berkembang, salah satunya AI generatif, maka akan lebih sulit membedakan mana buatan manusia dan mana hasil komputer. Sementara kecerdasan buatan sudah mulai mengubah lanskap media, kita pun berada di ambang pergeseran paradigma besar dalam produksi dan konsumsi konten.

Memproduksi media bukan lagi proses fisik melainkan proses digital, yang berarti, kamu dapat membuat konten dengan cara yang sama sekali baru. Tidak heran jika menjadi konten creator dapat dilakukan oleh semua kalangan. Kreasi yang ter-demokratisasi berjalan seiring dengan distribusi yang ter-demokratisasi.  

Lantas, Bagaimana Memahami Apa itu Konten Sintetis di Era Digital?

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah konten sintetis (sintetik) telah muncul dalam percakapan sebagai istilah umum untuk menjelaskan video, audio (suara), gambar dan teks hasil kreasi komputer. 

Pemahaman tentang konten sintetis setidaknya dapat dilihat dari konteks bagaimana komunikasi dibentuk. Cara orang berkomunikasi selalu erat kaitannya dengan teknologi yang tersedia pada suatu waktu tertentu. 

Orang tidak menggunakan telepon pada zaman Renaissance, dan tentu saja manusia tidak lagi melukis di gua saat ini. Kita berkomunikasi melalui WhatsApp, Telegram, Snap, TikTok, Instagram, Facebook (Meta), Twitter dan email. Semuanya merupakan bentuk konten yang benar-benar baru, yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Kita sedang melihat peningkatan teknologi yang konstan, mengarah pada cara-cara baru berkomunikasi; format media baru yang bervariasi dalam hal kreasi, konsumsi dan kontekstualisasi.

Munculnya Konten Sintetis

Kita baru saja berada titik di mana teknologi konten sintetis cukup cerdas untuk membaca set data awal dan membuat konten baru berdasarkan input tersebut. Kemampuan perangkat lunak AI khususnya AI generatif untuk menghasilkan konten baru merupakan salah satu perkembangan paling menarik yang dimungkinkan oleh kemajuan terbaru dari deep learning.

Dampak dari pergeseran paradigma dalam pembuatan dan konsumsi konten ini kemungkinan besar akan mengubah wajah industri secara keseluruhan. Termasuk pendidikan, hiburan, kedokteran dan ritel.

Bagaimana Konten Sintetis Bekerja?

Pertanyaan yang lebih relevan seharusnya; ada apa dibalik layar? 

Kembali ke teori awalnya, konten sintetis dibuat oleh algoritma AI. Model machine learning (ML) mengenali dan menganalisis pola data inputan kemudian belajar untuk melakukan tugas berdasarkan data tersebut tanpa intervensi manusia. 

Konten teks, gambar, suara dan video dapat direproduksi dengan kualitas yang sangat tinggi. Bahkan, hingga cukup sulit membedakan apakah itu nyata atau tidak. Kecuali jika kamu sudah terbiasa mendeteksi deepfake. 

Ketika berbicara tentang media sintetis, kita tidak bisa mengabaikan istilah yang terkenal (namun deskriptif) deepfake. Istilah ini merupakan gabungan dari “deep learning” dan “fake”. Pertama kali kali diciptakan seorang pengguna di Reddit tahun 2017 silam, kemudian menjadi populer. Deepfake cenderung dilihat berkonotasi negatif. Digunakan untuk merujuk video hasil manipulasi yang berisikan seseorang sedang melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Kebanyakan korbannya adalah figur publik.

Deepfake Tom Cruise di TikTok. Deepfake Obama. Dll

Berkat AI dan ML membuat video yang sebelumnya pakai cara tradisional memakan waktu berjam-jam, kini kamu butuh 5 menit saja. Proses pembuatan video tradisional yang terfragmentasi pun berubah. Kamu sudah bisa dengan hanya mengetikkan sejumlah instruksi pada browser secara instan. 

Implikasinya? Meskipun masih dalam tahap awal, solusi ini sudah mulai digunakan oleh banyak perusahaan khususnya untuk video simulasi, training karyawan, komunikasi internal hingga pemasaran.

7 Jenis Konten Sintesis yang Akan Menjadi Tren

Meskipun AI generatif belum matang, sejumlah perusahaan raksasa dunia telah berinvestasi untuk menyempurnakannya. Investasi tersebut tidak lain untuk menjadi sumber daya dalam menghasilkan konten generatif-sintetis di waktu dekat. 

Sejak tahun 2021, konten berbasis AI sudah populer. Bahkan sebelum kemunculan chatGPT. Dengan demikian mudah diprediksi bahwa 7 jenis konten sintetis berikut bakal menjadi tren tahun 2024 hingga selanjutnya. 

  • Video Sintetis

Tidak diragukan lagi bahwa video mendominasi internet. Dengan perhatian menjadi mata uang baru, video adalah bentuk komunikasi yang paling menarik dan paling efektif. Video yang dihasilkan komputer-sintetis sekarang dapat dibuat dengan lebih mudah dan murah. Tidak heran jika perusahaan seperti Synthesia membuat langkah besar menuju aksesibilitas dan demokratisasi pembuatan konten video.

  • Gambar Sintetis

Membuat foto sudah seperti sihir dengan hadirnya AI image generator. Jika sebelumnya ada Mid Journey dan DALL-E, sekarang muncul pesaing yang bahkan dapat kamu akses secara gratis. Sebut saja gencraft dan canva. Kamu hanya perlu menuliskan sejumlah teks dan kecerdasan akan membuat gambar dalam hitungan menit.

  • Suara Sintetis

Bayangkan asisten virtual, pusat panggilan dan dubbing dalam bahasa asing. Meskipun sebagian besar menggunakan suara manusia sungguhan hari ini, aspek tersebut akan berubah seiring dengan teknologi suara buatan yang semakin mudah diakses. Ketika perbedaan suara manusia dan suara sintetis semakin kabur maka simulasi suara manusia sungguhan oleh AI bakal semakin populer.

Bagi kamu yang canggung mendengar rekaman suara sendiri, teknologi kloning suara AI adalah solusinya. kamu dapat mengkloning suara sendiri atau membuat suara yang benar-benar baru untuk karakter tertentu. 

  • Teks Generatif

Jika kamu terlalu malas untuk menulis sesuatu, biarkan AI membuatnya. Dari artikel hingga status di media sosial media. Chat GPT hadir sebagai hasil AI terdepan untuk saat ini. Teknologi ini berupa chatbot berbasis GPT3, model bahasa generasi ketiga yang dibuat oleh OpenAI yang menggunakan deep learning untuk menghasilkan berbagai konten berbasis teks.

Berkaca dari penggunaan Chat GPT sejauh ini, teknologi AI text generator memiliki kemampuan memberikan teks dengan kualitas yang mumpuni. Bahkan kamu bisa mengandalkannya untuk membuat skripsi, jurnal dan sebagainya.

  • Penelusuran berbasis AI

Sejak rilis ChatGPT, jelas bahwa AI chatbot juga akan memiliki dampak besar pada cara kita mencari informasi secara online. Baik Google maupun Microsoft telah mengintegrasikan AI ke mesin telusur. 

Pada bulan Februari, Microsoft mengintegrasikan ChatGPT ke Bing, sementara Google memperkenalkan teknologi sendiri yang diberi nama Google Bard (sekarang Gemini). Lalu apa artinya bagi pengguna? Hasil pencarian yang lebih relevan dan akurat dengan cara baru untuk mengakses informasi.

  • AI Influencer

lil miquelaKonten sintetis sebagai tren 2024 juga diprediksi akan membuat konten digital nyaris tanpa batasannya. Ada yang tahu Lil Miquela? Ya, dia adalah contoh sempurna dari AI Influencer. Kemunculannya dengan 3 juta pengikut di Instagram telah mendorong pemasaran digital ke arah yang mungkin telah dipikirkan banyak orang sebelumnya. 

Tidak main-main, akun berbasis kecerdasan buatan tersebut berhasil menjalin kerja sama dengan merek kenamaan seperti Calvin Klein, Chanel hingga Samsung. Lucunya, Lil Miquela mendeskripsikan dirinya sebagai “Robot berusia 19 tahun yang tinggal di LA” dan mewakili kategori identitas digital yang benar-benar baru.

Banyak orang yang berdebat apakah dia benar-benar nyata atau tidak. Sebagai pengamat, kita bahkan sulit menemukan perbedaan antara entitas ini dengan manusia biasa terkait profesinya sebagai influencer. Jumlah pengikutnya telah berbicara banyak.

  • Mixed Reality

Bagaimana memahami konsep mixed reality atau realitas campuran? Kita bisa kembali ke tahun 2016 untuk menemukan kembali hype Pokemon Go. Itu adalah contoh yang populer. 

Realitas campuran menggunakan teknologi sebagai lapisan tambahan pada lingkungan fisik dengan media kamera maupun headset smartphone. Ojek fisik dan virtual disatukan dan berinteraksi secara real time.

Hari ini, teknologi mixed reality telah dimanfaatkan secara positif untuk pendidikan, hiburan dan perawatan kesehatan.

  • Face Swap

Kamu pernah merasakan serunya menukar wajah dengan orang lain? Ada banyak aplikasi yang menggunakan kecerdasan buatan untuk mendeteksi wajah dalam foto maupun video kemudian menggantinya dengan wajah orang lain. Inilah teknologi di balik deepfake terkenal (dan meyakinkan) dari Tom Cruise.

Dapatkan update terbaru dengan berlangganan.

Tinggalkan Pesan

Alamat surel Anda tidak akan disiarkan.

Terimakasih Sudah Mengunjungi Laman ini.

Situs web ini menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda. Kami akan menganggap Anda baik-baik saja dengan ini, tetapi Anda dapat menyisih jika mau. Terima Lanjut Baca